Kamis, 25 April 2013


Wanto Tirta
JERIT PETANI TEMBAKAU

menyusur kabutmu
langit pekat
aroma tembakau
menyusup relung jiwa
temanggung meratap
desah resah membasah
di relung jiwa
padang tembakau hijau
terasa galau
kelu di mulut
pedih di hati
senayan bersidang

adakah jerit di ladang
kan kau dengar
adakah pedih di dada
kan kau rasa

temanggung rintih sedu sepanjang kedu
mengawang langit
pada kabut abu-abu
jerit pilu bagai tersembilu
diujung malam
lenguh do'a jutaan petani tembau
terus mengangkangi langitMu

Tuhan di paluMu
nasib ribuan petani tembakau
berselimut dalam ketukanMu

temanggung, 24-12-2011

Wanto Tirta
SAJAK MINUM KOPI SORE DI TEMANGGUNG

di sela minum kopi sore
hujan membasahi temanggung
kabut menyelimuti hati petani

ladang tembakau yang hijau meluas
mau ditenggelamkan oleh kekuatan dahsyat
nyinyir suara melintasi ilalang
mencabik mimpi

jutaan petani yang menancapkan rejeki di ladang tembakau
menahan gundah
karena nasib sedang diusik
siapakah yang kan peduli

akankah bau wangi tembakau
masih menngharumkan kota temanggung

Temanggung, 24 Desember 2011

SINDORO

saat senja menuruni lereng sindoro
sisa batuk di sana
masih nampak terengah

aku menepi di sudut kotamu
memercik dingin wudhu
mengadu pada batas maghrib
sejuk kabut di pelupuk langitmu
sembab baru diguyur hujan

sindoro terperangah tanpa bulan
sesaat lagi aku merayapi
tengah cerita sisa lalu
ada tanya yang menggumblik di bibir malam
meski hanya teka teki yang kau muntahkan

sindoro, selamat jumpa pada malam desember ini
saat kau batuk kesekian kali
aku
mengeja namamu diantara nama-nama yang berseru
keagungan bakal menjawab
setiap apa yang tawarkan
sindoro, dikabutmu cerita makin seru

Temanggung, 24 Desember 2011
Wanto Tirta
SEJENAK DI SUDUT ALUN-ALUN TEMANGGUNG

masih segar aku menunggumu di sini
alun-alun kotamu
menyanyikan rumput menghijau galau
di ujung jalan bersimpang
aku menepi
mengeja spanduk demi spanduk
yang berjajar
menyayati angin

tak kutahu berapa orang yang menyapamu
dan berapa orang yang tak memperdulikanmu
serasa sunyi dalam gemuruh
seraya gemuruh menagih jagat
legenda turun temurun
kau buka dalam cerita desah di alun-alun

sinar lampu jalan menuntunku
mengeja kembali perih pundakmu
di atas juang suaramu
aku ingin berbagi
bersama lenguh pedih telapak tanganmu

Temanggung, 24 Desember 2011
SINDORO

saat senja menuruni lereng sindoro
sisa batuk di sana
masih nampak terengah
...
aku menepi di sudut kotamu
memercik dingin wudhu
mengadu pada batas maghrib
sejuk kabut di pelupuk langitmu
sembab baru diguyur hujan

sindoro terperangah tanpa bulan
sesaat lagi aku merayapi
tengah cerita sisa lalu
ada tanya yang menggumblik di bibir malam
meski hanya teka teki yang kau muntahkan

sindoro, selamat jumpa pada malam desember ini
saat kau batuk kesekian kali
aku
mengeja namamu diantara nama-nama yang berseru
keagungan bakal menjawab
setiap apa yang tawarkan
sindoro, dikabutmu cerita makin seru

Temanggung, 24 Desember 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar