Minggu, 24 November 2013

puisi



 Wanto Tirta
NONTON WAYANG

kelir putih sudah digelar
wayang rapi tertata
gamelan klenengan rengeng nyamleng
mengundang pengunjung
waranggana nembang bersahutan

lampu nyala terangi panggung
ki dalang naik sorak tepuk menyahut

kendang ditabuh wayang digerakkan
mainkan cerita
kisah dunia

kemas simbol makna lakon manusia
hitam putih bayangbayang

dari balik kelir
lambang dan tembang
mengawang angkasa
hiburan segar pukau penonton

dalang suluk wayang menari
bayang gambar
jatuh di plataran
bakul jualan mengais rejeki
sama berdendang saling memberi

nonton wayang raba diri
jiwa berkaca bayang sendiri
keseimbangan teraju jiwa raga

kracak 19092013
  
Wanto Tirta
KOPI TUBRUK
SIANG

segelas kopi tubruk hitam pekat
menemani panas
siang tak tersekat
gerah menguap
siang memanggang kerjaan

hamparan rumput kering
menari gersang
haus tak tertahankan

air
air
air
anak-anak riang bermain kejar-kejaran
gembira tawa cekakakan

debu terbang menari angkasa
hinggap di dedaunan
mendesah perih
angin menyapa lirih
adakah embun
sejuk
menyiram kering rumput-rumput di lapang

segelas kopi tubruk hitam pekat
diam membisu
nyawang awan tak berhujan

ajibarang 21092013

Wanto Tirta
BENIH ALBASIA

lihat benih albasia samping rumah
hijau daun tumbuh
debu menutup
gerah nafas

gurau ayam menari jingkrak jingkrak 
tatap pandang hela sejenak
benih daun hijau
landa musim kemarau

lena 
ayam-ayam cucuk kuncup
hilang kesegaran

hutan albasia hijau
ragu datang
gerauan senso 
potong puluhan tahun ke depan
ranting patah

udara sejuk
akankah

bila ulah jahanam
cukong garong pohon negeri
babad hutan
ganti tanam hanya slogan kata busa busa

di desa benih albasia setia dirawat
tanam harapan
pada jengkal tanah sejangkah

kracak 22092013

Wanto Tirta
JENDELA PAGI

perlahan turun dari ranjang
selimut singkap cahaya
indahnya pagi sejuk terasa
mulut menguap
embun masih berterbangan
membasah debu tak terlihat

buka jendela
tangan tangan dunia menaburkan harapan
menawarkan semangat
meraih rejeki berlipat ganda

di plataran rumah
bocah kecil
memunguti serakan mimpi
yang tertinggal tadi malam

kracak 22092013


 Wanto Tirta
MEMANDANG LANGIT
SIANG

memandangi langit
mendung bergayut
adakah hujan kan turun

rasa kerontang
jiwa rapuh
sundul menyundul badai
terasa memukul ubun

berkali menyebut namamu
langit seperti masih jauh
berkali tertunduk cium bumimu
sejuk terasa di dada

cinta melambung tanpa dupa
kulum senjang
tabir tak berbibir

nglangut jauh menuju cakrawala

24092013

Wanto Tirta
ANAK ANAK
BERMAIN PASIR

anak anak bermain pasir di plataran
asik sambil bersendagurau
tawur-tawuran
teriak lari
kejar kejaran

mereka suka sama suka
tanpa marah apalagi dendam
semua saling pandang
tangan tangan indah buat tumpeng pasir
elok dibuat
dielus
lantas ditendang
pyur
...
pasir buyar terbang
debu melanglang

kembali tawa ria
menertawakan pasir berserak

angin senantiasa mengusap muka hijau
banyak mimpi
banyak harapan
meski bumi jadi rebutan
rejeki diperjuangkan

24092013


Wanto Tirta
SENJA MERAH JAMBU
--------------------------- bagi saudaraku HS

jelang magrib langit ragu temaram
langkah sahaja memasuki teras
salam senyum renyah
menawan senja

seberkas tas kresek hitam
menyapa cinta
tanpa basa basi tatap mata kaca-kaca
memandangi tautan tak berbingkai
silaturohim mengalir di meja tamu

trenyuh

singkap sikap laku
buku koran berserak
mengemas perbincangan jelang petang

meski mentari hendak tenggelam
langit-langit ruang tamu berbinar
menulis kenangan
menghias vas bunga di meja tanpa suguhan

senjamerahjambu24092013

Wanto Tirta
MENAIKI TANGGA MALAM

menaiki tangga malam
tak terasa kaki tertatih melangkah
bertabur bau embun
menghiasi cakrawala

sesekali menunduk sesekali tengadah
suara angin bergantian mendorong badan melangkah
keringat tak berair
dingin merinding

ketika pintu langit terbuka
cahaya berkilau terangi tangga tangga
menyingkap selimut impian
yang tersusun di almari waktu

pada tangga kesekian
mampukah kaki melangkah

malamragu24092013


Wanto Tirta
KUBAH DI ANTARA RIMBUN PEPOHONAN

kubah di antara rimbun pepohanan
kabut samar membungkus
nyiur menjulang melambai kenangan
seraya nyanyian

desaku yang kucinta

hijau warna kanvas bumi
melukis keluguan pedesaan
kicau burung bermain di dahan
nyucuk ulat
loncat-loncatan

ranting albasia bergoyang menarikan langgam kehidupan
meliuk di awan burung dara melepas kedamaian

angin segar
aroma kembang
siling berganti terbawa angin
seekor burung deruk termenung di dahan
menengari endusan pemburu
mengintai di balik dedaunan

letupan senapan angin kagetkan lamunan
terbanglah burung-burung
hinggap di kubah
cahaya terangi kabut pepohonan

catatankaki HS 29092013


 Wanto Tirta
TUGU MONAS SUATU SIANG

naik ke ujung monas
sematkan mimpi
terjaga tidur

tatap hamparan kota jadi lautan gedung menjulang
udara bising
langit kering
di sudut gang para urban menjajakan tenaga
di kali dan selokan berserakan sampah
di jalanan kendaraan macet
di trotoar pedagang tak peduli pejalan kaki
di bawah jalan layang orang pinggiran mimpinya melayang

dekap ujung monas
panas gerah terbang pinggir pantai
tiup angin pasir berhamburan

jutaan orang mencanangkan hidup
melukis kenangan
tak peduli kasta dan warna kulit
berduyun menyanyikan koor keroncong  Bandar Jakarta

banjir demo buncah janji politik
seolah biasa

terik siang
bayang tugu monas
pegang perlahan
tak juga genggam

27092013 

Senin, 04 November 2013



Wanto Tirta
PUISI HARI INI

telah sekian tulisi kehidupan
rona warna berjuta mata
memandangi dan memahati
prasasti
hari ini mencatatnya kembali
tanpa diminta tetap memberi
berlayar dan menyiangi hari

butiran embun menggenang suci
cerita bermain-main pada apa
tahun singgah di beranda hati
menumpuk macam rasa
diaduk semesta

telah sekian bumi memeluk erat
dalam tangis dan tawa
helaan nafas tangis gemetar
denyut berdetak menghimpun waktu
laju menderu berseru pada kalbu

berbilang hari
di sini memaknai
tiap apa berkelebat
pula kan mencatat dan menggugat

impian telah jauh beterbangan
melambaikan kenangan demi kenangan
mengikat di pelataran kehidupan
menghias bunga rampai kembang setaman

kracak 14082013
 
 
Wanto Tirta
LINTASAN

melintasi tautan tak bertepi
lagu tak pernah henti
oleng kanan oleng kiri
maju mundur hempas ombak

petir menyambar api membakar
bumi menghimpit laut menyiram

perjalanan tak pernah surut

layar terkembang
badai menghadang
beribu kali ditendang
beribu kali datang

menapak melintasi pulau dan lautan
temukan ajar
bagaimana menyiasati kehidupan
meski goyang
tetaplah melanglang
lintasi alam maknai tanda-tanda

kracak 14082013






Rabu, 25 September 2013



Wanto Tirta
BADA AJA BADA BUDU

bada aja bada budu
ora duwe duit aja nesu
ihlas sedya mring kekarepan
neba dedepe mring gusti
atur puji sadaya kinormatan
manungsa amung lakon laladan
bada aja bada budu
ngendong tangga andong medang
akeh panganan terut umah
mangkat urung sarapan mangan nyamikan
kabeh deampad
weteng wareg mlaku kangelan

brayan dunya bebarengan urip
guneman sapadha-padha
lambe tanpa balung
pangucap mambrah-mambrah

lunga poyan golet banda
akeh banda sugih sepira
urip brayan neng alam dunya
agi bada pada ngapura

bada aja bada budu
lewih becik sukur maring gusti akarya jagat
bisa pinanggih karo dina idul fitri
sakabehing umat tanpa sabab padha ngaku salah

mulya ati mulya jiwa
esih bisa nyuwun pangapura

            ngemu lenga aja duntal
            gawe gapura nganggo kaca
            romadhon lunga teka syawal
            jaluk ngapura maring kanca

sujud dedepe karo wong tuwa
asung bekti neng dina fitri

gawa buyung aja pethakilan
weruh gotri agi degoleti
bapa biyung dadi kanthilan
dina fitri ayuh ngabekti

kracak 08082013 1 syawal 1434


Wanto Tirta
RINDU MBOKE

rindu menggunung
dendam menumpuk
bertahun tak terkerat
menggelinjang jiwa
di pelataran rumah
tumpah ruah
air mata dan rasa dosa
sambil sesenggukan
sebut kau dalam dalam

mboke

rebah segala salah
bakti segala upaya
padamu bermuara

kracak 8082013
*Mboke sebutan bagi Ibu di lingkungan desaku
Wanto Tirta
MESAM MESEM DHEWEK

romadhon wis liwat syawal tumapak
jagong bale mesam mesem dhewek
deleng poto bapa biyung sing wis seda jejer dharik karo anak putu
dong lebaran sepuluh taun kepungkur

sawise adhi lan keponakan wis padha bali
umah lawas  dadi batir kawit cilik           
kanggo urip sakulawarga
tumeka siki wis padha tuwa lan duwe anak

            garan kuwas kayu jati
            gaman kudi olih semedi
            umah lawas dadi prasasti
            nunggal budi tuhu nyawiji

najan wong tuwa sekeloron wis ora nana
umah wong tuwa dadi susuh
mangkat lan bali sebrayat
kanggo jiret kulawarga
tepung peseduluran
ora kena ana cidra
apa maning gonthok-gonthokan
cecongkrahan rebutan warisan

gleweh gurisan ugal-ugalan
mangan rambutan pating slimpetan
umah warisan dadi tinggalan
aja rebutan sabab titipan

romadhon wis liwat syawal kapanggonan
mengkanaha idul fitri tetep manggon jenjem neng jero ati
kapacak neng tingkah laku
kanggo wujud nepi pasa sesasi
nggayuh muttaqin maring gusti

kracak 11082013

Wanto Tirta
APAKAH

apakah romadhon hanya kenangan
yang datang dan pergi tanpa meninggalkan prasati
kemarin atau esok bergulir lalu lalang tak berbelang

demikian pula idul fitri selalu dinanti
diagungkan umat dari pelosok negeri
dengan berbinar lailatul qodar
berbondong nyadong
menghadang limpakan berkah ampunan
beribu bulan seolah menumpuk dalam gunungan

apakah sekian lama bercengkerama salah dan dosa
mohon ampunan bermaaf-maafan menangis
kemudian datang lagi
kembali berlumuran salah dan dosa
seperti tak berarti

selalu rindu
lepas lagi
rindu lagi
lepas lagi
Bagai  main petak umpet

kapan berkaca pada diri
untuk bersih dari duri
sehingga hati bersih niat korupsi
dan negeri ini jadi makmur
beradab demokrasi

apakah akan dibiarkan romadhon beriringan pergi dengan idul fitri

jangan

menepilah pada diri
menepilah pada hati
menepilah pada nurani

menjadi insan kamil

kracak 11082013
Wanto Tirta
TUMPAH

hujan tumpah
segala rasa bergelora
iba tak lagi tertahan
musik melaju dalam irama tralala
laut hati bergelinjang
menapaki ombak mengambang

jemari angin
melambaikan seonggok cinta

tumpah rasa
tumpah segala

tumpah
pah
...
11062013

Wanto Tirta
PUISI HARI INI

telah sekian tulisi kehidupan
rona warna berjuta mata
memandangi dan memahati
prasasti
hari ini mencatatnya kembali
tanpa diminta tetap memberi
berlayar dan menyiangi hari

butiran embun menggenang suci
cerita bermain-main pada apa
tahun singgah di beranda hati
menumpuk macam rasa
diaduk semesta

telah sekian bumi memeluk erat
dalam tangis dan tawa
helaan nafas tangis gemetar
denyut berdetak menghimpun waktu
laju menderu berseru pada kalbu

berbilang hari
di sini memaknai
tiap apa berkelebat
pula kan mencatat dan menggugat

impian telah jauh beterbangan
melambaikan kenangan demi kenangan
mengikat di pelataran kehidupan
menghias bunga rampai kembang setaman

kracak 14082013
Wanto Tirta
LINTASAN

melintasi tautan tak bertepi
lagu tak pernah henti
oleng kanan oleng kiri
maju mundur hempas ombak

petir menyambar api membakar
bumi menghimpit laut menyiram

perjalanan tak pernah surut

layar terkembang
badai menghadang
beribu kali ditendang
beribu kali datang

menapak melintasi pulau dan lautan
temukan ajar
bagaimana menyiasati kehidupan
meski goyang
tetaplah melanglang
lintasi alam maknai tanda-tanda

kracak 14082013