Wanto Tirta
NONTON
WAYANG
kelir putih sudah digelar
wayang rapi tertata
gamelan klenengan rengeng nyamleng
mengundang pengunjung
waranggana nembang bersahutan
lampu nyala terangi panggung
ki dalang naik sorak tepuk menyahut
kendang ditabuh wayang digerakkan
mainkan cerita
kisah dunia
kemas simbol makna lakon manusia
hitam putih bayangbayang
dari balik kelir
lambang dan tembang
mengawang angkasa
hiburan segar pukau penonton
dalang suluk wayang menari
bayang gambar
jatuh di plataran
bakul jualan mengais rejeki
sama berdendang saling memberi
nonton wayang raba diri
jiwa berkaca bayang sendiri
keseimbangan teraju jiwa raga
kracak 19092013
Wanto Tirta
KOPI TUBRUK
SIANG
segelas kopi tubruk hitam pekat
menemani panas
siang tak tersekat
gerah menguap
siang memanggang kerjaan
hamparan rumput kering
menari gersang
haus tak tertahankan
air
air
air
anak-anak riang bermain kejar-kejaran
gembira tawa cekakakan
debu terbang menari angkasa
hinggap di dedaunan
mendesah perih
angin menyapa lirih
adakah embun
sejuk
menyiram kering rumput-rumput di lapang
segelas kopi tubruk hitam pekat
diam membisu
nyawang awan tak berhujan
ajibarang 21092013
Wanto Tirta
BENIH ALBASIA
lihat benih albasia samping rumah
hijau daun tumbuh
debu menutup
gerah nafas
gurau ayam menari jingkrak jingkrak
tatap pandang hela sejenak
benih daun hijau
landa musim kemarau
lena
ayam-ayam cucuk kuncup
hilang kesegaran
hutan albasia hijau
ragu datang
gerauan senso
potong puluhan tahun ke depan
ranting patah
udara sejuk
akankah
bila ulah jahanam
cukong garong pohon negeri
babad hutan
ganti tanam hanya slogan kata busa busa
di desa benih albasia setia dirawat
tanam harapan
pada jengkal tanah sejangkah
kracak 22092013
lihat benih albasia samping rumah
hijau daun tumbuh
debu menutup
gerah nafas
gurau ayam menari jingkrak jingkrak
tatap pandang hela sejenak
benih daun hijau
landa musim kemarau
lena
ayam-ayam cucuk kuncup
hilang kesegaran
hutan albasia hijau
ragu datang
gerauan senso
potong puluhan tahun ke depan
ranting patah
udara sejuk
akankah
bila ulah jahanam
cukong garong pohon negeri
babad hutan
ganti tanam hanya slogan kata busa busa
di desa benih albasia setia dirawat
tanam harapan
pada jengkal tanah sejangkah
kracak 22092013
Wanto Tirta
JENDELA PAGI
perlahan
turun dari ranjang
selimut
singkap cahaya
indahnya
pagi sejuk terasa
mulut menguap
embun masih
berterbangan
membasah
debu tak terlihat
buka jendela
tangan
tangan dunia menaburkan harapan
menawarkan
semangat
meraih
rejeki berlipat ganda
di plataran
rumah
bocah kecil
memunguti
serakan mimpi
yang
tertinggal tadi malam
kracak 22092013
Wanto Tirta
MEMANDANG
LANGIT
SIANG
memandangi
langit
mendung
bergayut
adakah hujan
kan turun
rasa
kerontang
jiwa rapuh
sundul
menyundul badai
terasa
memukul ubun
berkali
menyebut namamu
langit
seperti masih jauh
berkali
tertunduk cium bumimu
sejuk terasa
di dada
cinta
melambung tanpa dupa
kulum
senjang
tabir tak
berbibir
nglangut
jauh menuju cakrawala
24092013
Wanto Tirta
ANAK ANAK
BERMAIN
PASIR
anak anak
bermain pasir di plataran
asik sambil
bersendagurau
tawur-tawuran
teriak lari
kejar
kejaran
mereka suka
sama suka
tanpa marah
apalagi dendam
semua saling
pandang
tangan
tangan indah buat tumpeng pasir
elok dibuat
dielus
lantas
ditendang
pyur
...
pasir buyar
terbang
debu
melanglang
kembali tawa
ria
menertawakan
pasir berserak
angin
senantiasa mengusap muka hijau
banyak mimpi
banyak
harapan
meski bumi
jadi rebutan
rejeki
diperjuangkan
24092013
Wanto Tirta
SENJA MERAH
JAMBU
---------------------------
bagi saudaraku HS
jelang
magrib langit ragu temaram
langkah
sahaja memasuki teras
salam senyum
renyah
menawan
senja
seberkas tas
kresek hitam
menyapa
cinta
tanpa basa
basi tatap mata kaca-kaca
memandangi
tautan tak berbingkai
silaturohim
mengalir di meja tamu
trenyuh
singkap sikap
laku
buku koran
berserak
mengemas
perbincangan jelang petang
meski mentari
hendak tenggelam
langit-langit
ruang tamu berbinar
menulis
kenangan
menghias vas
bunga di meja tanpa suguhan
senjamerahjambu24092013
Wanto Tirta
MENAIKI TANGGA MALAM
menaiki tangga malam
tak terasa kaki tertatih melangkah
bertabur bau embun
menghiasi cakrawala
sesekali menunduk sesekali tengadah
suara angin bergantian mendorong badan melangkah
keringat tak berair
dingin merinding
ketika pintu langit terbuka
cahaya berkilau terangi tangga tangga
menyingkap selimut impian
yang tersusun di almari waktu
pada tangga kesekian
mampukah kaki melangkah
malamragu24092013
Wanto Tirta
KUBAH DI
ANTARA RIMBUN PEPOHONAN
kubah di
antara rimbun pepohanan
kabut samar
membungkus
nyiur
menjulang melambai kenangan
seraya
nyanyian
desaku yang
kucinta
hijau warna
kanvas bumi
melukis
keluguan pedesaan
kicau burung
bermain di dahan
nyucuk ulat
loncat-loncatan
ranting
albasia bergoyang menarikan langgam kehidupan
meliuk di
awan burung dara melepas kedamaian
angin segar
aroma
kembang
siling
berganti terbawa angin
seekor
burung deruk termenung di dahan
menengari
endusan pemburu
mengintai di
balik dedaunan
letupan
senapan angin kagetkan lamunan
terbanglah
burung-burung
hinggap di
kubah
cahaya
terangi kabut pepohonan
catatankaki
HS 29092013
Wanto Tirta
TUGU MONAS
SUATU SIANG
naik ke
ujung monas
sematkan
mimpi
terjaga
tidur
tatap
hamparan kota jadi lautan gedung menjulang
udara bising
langit
kering
di sudut
gang para urban menjajakan tenaga
di kali dan
selokan berserakan sampah
di jalanan
kendaraan macet
di trotoar
pedagang tak peduli pejalan kaki
di bawah
jalan layang orang pinggiran mimpinya melayang
dekap ujung
monas
panas gerah
terbang pinggir pantai
tiup angin
pasir berhamburan
jutaan orang
mencanangkan hidup
melukis
kenangan
tak peduli
kasta dan warna kulit
berduyun
menyanyikan koor keroncong Bandar
Jakarta
banjir demo
buncah janji politik
seolah biasa
terik siang
bayang tugu
monas
pegang
perlahan
tak juga
genggam
27092013